Buku > Retail Rules > Bab 1. Kisah Bisnis Ritel Makanan di Indonesia
Bisnis di mana pun sungguh tak menentu, kadang pasang, sering kali surut. Hal ini terjadi tak lain karena stabilitas ekonomi dan politik yang masih dilanda gonjang-ganjing. Belum lagi persoalan ekonomi dunia, seperti krisis moneter Asia dan krisis global yang bermuara di Amerika, yang imbasnya terasa sedikit di Indonesia. Nah, di tengah gejolak yang tak mengenakkan itu, bisnis apa yang tak lekang oleh waktu, tidak lapuk oleh musim, tidak tenggelam oleh teknologi, bahkan tetap andal di saat krisis?Bisnis ritel makanan modern telah membuktikan eksistensinya, baik ketika kondisi ekonomi sedang baik maupun buruk. Toko-toko makanan tak pernah sepi. Supermarket modern bermunculan. Mulai dari tempat-tempat strategis di pusat kota sampai jalan-jalan sempit di perumahan, kini menjamur toko modern yang menjajakan aneka kebutuhan. Pesatnya pertumbuhan itu tak lain karena ledakan jumlah penduduk yang akhirnya diikuti dengan meningkatnya kebutuhan bahan makanan secara pesat. Saat ini jumlah ritel makanan modern telah mencapai hampir 13.000 gerai. Begitu banyaknya, sampai-sampai ritel modern dianggap membahayakan bagi ritel tradisional. Pesatnya pertumbuhan ritel modern itulah yang kemudian memicu perdebatan.
Agar permasalahan tidak meluas, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Pembelanjaan, dan Toko Modern. Peraturan ini diperjelas dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53 Tahun 2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.
Mungkin kita lupa bahwa sesungguhnya beberapa peritel modern di Indonesia Mungkin Kita juga mengawali bisnisnya sebagai peritel lupa bahwa tradisional, seperti Hero dan Matahari Group. Sebelum menjadi peritel modern terbesar di beberapa peritel Indonesia, seperti bisnis yang mengikuti hukum alam pada umumntya, yamh tidak mampu berubah atau beradaptasi dengan lingkungan yang berubah, tentu akan tenggealm ditelan masa.
Perkambangan ritel modern diawali di tahun 1970-an . saat itu Gelael membuka Outlet pertamnya dijalan Falatehan, Kebayoran Baru, dan Bob Sadini membukia KemChick didaerah kemang,keduanya di jJakarta Selatan. Pada saat yang hampir bersamaan, tanggal 23 Agustus 1971, Hero membuka gerai pertamanya juga di jalan Falatehan. Alm. MS Kurnia, pendiri Hero Group, mempunyai toko kelontong kecil di dekat Glodok, Jakarta Barat, dan melihat peluang bisnis yang baik dari melayani orang-orang asing di Indonesia. Maka dengan berbelanja di Singapura dan menjual barang belanjaannya di Hero minimarketnya yang pertama, kini Hero berhasil berkembang menjadi kerajaan supermarket di Indonesia.
Bob Sadino mengawali bisnisnya dengan berjualan telur dari rumah ke rumah. Ide menjual telur lahir karena kerinduan Bob akan telur ayam, sarapan sehari-hari ketika Bob tinggal di negeri Belanda. Karena permintaan meningkat, Bob kemudian beternak ayam broiler yang bibitnya didatangkan dari Belanda. Bob kemudian membuka KemChick, supermarket yang dikenal sebagai tempat belanja para ekspatriat di Jakarta.
Bila MS Kurnia dan Bob Sadino dikenal sebagai pelopor supermarket yang menjual makanan, Hari Darmawan dikenal sebagai perintis ritel pakaian. Ia mengawali bisnisnya dengan berjualan pakaian anak-anak di Pasar Baru Jakarta. Ketika itu tokonya bernama Mickey Mouse, yang kemudian berganti nama menjadi Matahari. Dari menjual pakaian, Matahari kemudian mengepakkan sayap bisnisnya dengan membangun kerajaan supermarket yang menjual aneka kebutuhan dan makanan, di bawah bendera Matahari Food Business. Sampai akhir tahun 1980-an, supermarket di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang sangat berarti. Hero, misalnya, pada saat itu mempunyai lebih dari 30 gerai. Gelael sempat mempunyai belasan gerai, sedangkan KemChick memilih bertahan dengan satu gerai di Kemang Raya, Jakarta Selatan.
KemChick ingin menjadikan supermarketnya destinasi bagi para ekspatriat. Karena itu, selain barang-barang untuk keperluan sehari-hari, KemChick juga menyediakan berbagai kebutuhan lain yang sesuai dengan aktivitas para ekspatriat, misalnya travel agent, toko stationery, dan counter bunga segar.
Gelael juga membidik konsumen menengah-atas. Segmentasi yang dibidik Gelael bisa dilihat dari pemilihan lokasinya yang berada di wilayah emas, seperti di kawasan Blok M dan Menteng, keduanya di Jakarta Selatan. Ketika ekspansi keluar Jakarta, Gelael juga mengambil lokasi pemukiman kalangan menengahatas. Di Semarang, misalnya, Gelael didirikan di daerah pemukiman elite di kawasan Candi, Semarang Selatan.
Hero juga membidik kalangan menengah-atas, namun lebih fleksibel dalam pemilihan lokasi. Perbedaan antara satu gerai Hero dengan gerai lainnya adalah pada pemilihan barang (assortment) dan harga. Oleh sebab itu, di tahun 1980-an kita bisa menemukan Hero di berbagai daerah kalangan atas seperti di Barito Kebayoran Baru dan Kemang (keduanya di Jakarta Selatan), Tomang (Jakarta Barat), dan daerah kalangan menengah seperti Ciputra Mal (Grogol, Jakarta Barat), Bekasi, Kopo (Bandung), dan Malioboro (Yogjakarta). Hero, KemChick, dan Matahari, ketiganya boleh kita sebut sebagai pelopor ritel di Indonesia, yang masih eksis dan bertahan di tengah gempuran supermarket asing. Kisah Bisnis Ritel Makanan di Indonesia 5.
---------------------------------------------------------
Website Raja Rak Minimarket yang lain :
Posting Komentar