Buku > Retail Rules > kata Pengantar
KATA PENGANTAR MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
Bangsa Indonesia mempunyai sejarah perdagangan ritel yang panjang dan menarik. Perdagangan ritel di Indonesia memiliki dinamika dan perkembangan yang memegang peranan penting di sektor perdagangan. Bila kita bicara angka dan melihat dari aspek ekonomi makro, maka sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang 14% terhadap PDB nasional 2008. PDB sektor perdagangan selama periode 2005-2008 pun menunjukkan peningkatan positif dari tahun ke tahun, yaitu dari Rp 293,9 triliun pada tahun 2005, menjadi Rp 363,3 triliun pada tahun 2008.
Bisnis ritel di Indonesia cukup menjanjikan tetapi juga penuh tantangan. Jumlah penduduk Indonesia yang kurang lebih 230 juta jiwa merupakan potensi pasar yang sangat besar bagi bisnis ini. Hal ini terlihat dari peningkatan total omzet ritel modern dan tradisional sebesar Rp 146,9 triliun pada tahun 2004 menjadi Rp 227,4 triliun pada tahun 2008.
Perkembangan ritel modern di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan sejalan dengan perubahan perilaku kelompok masyarakat berpenghasilan menengah-atas yang gemar berbelanja di ritel modern. Hal ini dapat dilihat dari omzet ritel modern yang tumbuh dengan pesat dari Rp 27 triliun pada tahun 2004, meningkat menjadi sekitar Rp 44,8 triliun pada tahun 2007, dan menjadi sekitar Rp 55,4 triliun di 2008.
Walaupun demikian, untuk menjadi pebisnis ritel yang handal di Indonesia tidaklah mudah, karena secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang membuat aspek logistik menjadi salah satu tantangan. Selain itu, para pebisnis ritel juga harus makin kreatif, karena konsumen Indonesia saat ini juga mengikuti perubahan global yang sangat menuntut pelayanan yang prima dari para peritel ini. Pebisnis ritel juga perlu memahami peraturan yang berlaku, dampak sosial dan lingkungan, serta harus pintar dalam memilih lokasi.
Mencermati dinamika bisnis ritel di Indonesia, kita perlu meningkatkan pengetahuan tentang manajemen ritel, peningkatan sumber daya manusia dan sistem distribusi, agar pasar dapat dikelola secara lebih optimal. Kami melihat buku ini akan membawa kita lebih memahami proses perjalanan dunia ritel, khususnya ritel makanan, dari masa ke masa. Selain itu, buku ini juga dapat membantu semua pihak yang berkepentingan untuk membangun industri ritel makanan Indonesia dengan lebih baik di masa depan.
Kami mendukung kehadiran buku ini, karena memberikan inspirasi bagi institusi terkait, khususnya Kementerian Perdagangan, dalam membuat keputusan dan kebijakan agar setiap elemen dapat diberdayakan agar perdagangan ritel Indonesia kompetitif di kawasan regional. Kami juga berharap dengan hadirnya buku ini akan lahir tokoh-tokoh ritel baru yang inovatif, cerdas dan berani membangun segala lapisan struktur perdagangan ritel di Indonesia. Pada akhirnya kami ucapkan selamat atas diluncurkannya buku Retail Rules yang mencermati keunggulan dan potensi bisnis ritel makanan di masa depan.
Jakarta, Agustus 2010 Menteri Perdagangan R.I.,
Mari Elka Pangestu
Retail Rules!
Tak ada bisnis yang mempunyai pergerakan yang begitu cepat, selain bisnis ritel. Produk-produk baru bermunculan dan harus bisa segera dijual. Momentum demi momentum juga berdatangan sehingga perlu kejelian dalam mengatur barang, yang sesuai dengan waktu dan kebutuhan. Ada tantangan tersendiri ketika menjalaninya. Tak boleh salah dalam menyeleksi produk, menata, membuat strategi harga, dan banyak lagi.Denyut yang begitu cepat dan harus mampu beradaptasi dengan perubahanlah yang menyebabkan bisnis ritel selalu membuat saya tertarik. Begitu dalamnya ketertarikan saya, sehingga di suatu hari pada bulanFebruari 2009, terbersitlah sejumput ide untuk menulis sebuah buku mengenai ritel. Banyak lika-liku di dalam bisnis ritel yang bisa diceritakan kembali. Bagi saya, tentu akan menjadi kenangan. Bagi pembaca, pengalaman ini bisa menjadi pembelajaran.
Minat saya terhadap ritel bukan hanya karena sifatnya yang sangat kompetitif, namun juga karena aspek-aspek lain yang selalu membuat saya bergairah. Seperti kerumitan dalam mengatur ribuan produk yang berbeda namun serupa, sejumlah karyawan yang menangani jutaan karyawan, dan fleksibilitasnya dalam menangani kebutuhan konsumen yang berbeda dan selalu berubah. It just simply has all the aspects that keep you energized. Perjalanan saya di dunia ritel bermula pada tahun 1990, ketika saya bekerja pada Kao Indonesia sebagai Brand Planning Manager. Pada awalnya, ritel tidak terlalu menarik, karena saat itu hanya ada beberapa supermarket dengan desain dan penawaran yang biasa-biasa saja.
Bertahun-tahun menjalani bisnis ritel, secara perlahan minat saya mulai tertanam. Tetapi saya ingin mendapat tantangan yang lebih besar lagi. Bagai gayung bersambut, datanglah kesempatan untuk bergabung dengan PT Hero Supermarket Tbk. Produk yang dipasarkan sangat beragam. Permasalahannya juga tak sesederhana ketika mengelola satu-dua produk saja. Ada ratusan rak yang penuh dengan barang yang harus sesegera mungkin berpindah tangan ke konsumen. Di situlah tantangannya!
Di Hero saya mendapatkan pengalaman yang sangat luar biasa, berawal dari memimpin tim pemasaran hingga memimpin tim merchandising. Saya juga menjalani pergantian manajemen di tubuh Hero, dari manajemen keluarga sebelum tahun 1997 ke manajemen profesional, dari perusahaan lokal menjadi perusahaan multinasional pada tahun 1998 dengan masuknya Dairy Farm pada kepemilikan saham PT Hero Supermarket Tbk. Semakin mendalami, semakin banyak saja yang harus saya pelajari.
Semakin banyak saja hal-hal yang ingin saya ketahui. Salah satunya adalah ukuran yang menjadi syarat mutlak dalam ritel. Menjadi nomor satu atau menjadi pemain besar ternyata tidak menjanjikan kesuksesan yang mudah dan berkelanjutan. Namun, saya sangat beruntung mendapat kesempatan untuk memutar roda bisnis Ahold Indonesia, sampai akhirnya diambil alih oleh PT Hero Supermarket Tbk.
Tantangan kemudian berlanjut ke PT Matahari Putra Prima Tbk. Di perusahaan yang dikenal sebagai pionir industri ritel modern di Indonesia itu, saya mengubah sebuah tim yang tadinya diremehkan menjadi tim yang kuat. Satu peluang mengantarkan pada peluang lainnya. Pada tahun 2007, setelah meluncurkan supermarket Matahari yang diubah menjadi supermarket Foodmart, saya mendapat kesempatan untuk merancang format baru di PT Supra Boga Lestari, Farmers Market.
Dua outlet Farmers Market meraih sukses dengan cepat dan masih terus tumbuh. Sifat kerja keras saya ikut menumbuhkan kecintaan saya kepada bisnis ritel. Saya selalu mencari peluangpeluang lain agar dapat terus berkontribusi untuk komunitas ritel. Hingga akhirnya terciptalah buku ini.
Pada kesempatan ini, perkenankan saya untuk menyampaikan terima kasih kepada orang-orang yang telah mewujudkan impian saya: suami saya, Hendra, yang telah mendukung dan begitu sabar menemani saya mengetik naskah (sambil menonton televisi) dan mengkritik tulisan saya secara humoris; dukungan juga datang dari anak-anak saya, Joey dan Jessica, yang telah memberikan cinta dan pengertiannya atas waktu mereka yang tercuri karena saya harus mengetik naskah hingga larut.
Juga orang tua dan keluarga besar saya yang selalu memberikan dukungan penuh dan percaya akan semua yang saya lakukan; tim saya di Farmers Market yang selalu mendukung tanpa henti dan menerima saya sebagai ibu pimpinan; big brother saya, Noel Trinder, yang selalu menyemangati saya untuk terus maju dan selalu hadir saat saya membutuhkan.
Tentu kolega saya di Matahari Food Business, Mel Regalado, yang selalu bersikap hangat dan mendukung saya di tengah tantangan kompetisi; Bapak Ipung Kurnia yang tetap menjaga hubungan persahabatan dan telah memberi saya kesempatan untuk merasakan pengalaman ritel yang sesungguhnya. Terima kasih juga saya sampaikan kepada Bapak Bob Sadino yang telah menantang saya untuk tidak menjadi pengecut; tim Alfamart, yakni Bapak Djoko Susanto, Bapak Pudjianto, dan Ibu Veline, yang telah mengajari saya cara memenangi kompetisi; Bapak Wim Tangkilisan, pemimpin rendah hati yang secara berkala mengecek perkembangan naskah buku saya dan selalu memberikan dukungan moral.
Yang tak bisa dilupakan adalah partner saya dalam membuat buku, Yongky Susilo dan Arto Soebiantoro, yang selalu berhasrat untuk menempatkan Indonesia ke dalam peta dunia; dan yang terpenting adalah terima kasih kepada Tuhan yang selalu menyayangi saya, memberkati saya melalui orang-orang yang menakjubkan di sekeliling saya, membuat saya tetap terjaga di saat-saat baik, memacu saya untuk menjadi kuat, serta memacu saya untuk selalu mempersembahkan usaha terbaik.
Bagi para pembaca, selamat menikmati buku ini. Buku ini bukan kitab suci ritel. Buku ini merupakan kombinasi antara hasil observasi serta pemikiran saya bersama Yongky Susilo, partner saya dalam pembuatan buku ini, sebagai pelaksana ritel dan pemerhati ritel. Kami hanya mempunyai impian untuk dapat menempatkan ritel Indonesia ke dalam peta dunia demi menarik perhatian masyarakat Indonesia, khususnya kaum muda, menuju ritel global. Kami juga berharap buku ini dapat membantu toko bahan pangan eceran Indonesia dalam menciptakan sebuah pengalaman berbelanja kreatif yang berkesan.
Salam hangat,
Meshvara (Mei) Kanjaya
Pengalaman adalah pelajaran terbaik. Pepatah lama itu sungguh saya rasakan manfaatnya. Saya banyak mempelajari bisnis ritel dari pengalaman bekerja. Selama 16 tahun terakhir, saya banyak menggeluti dunia ritel.
Saya mulai meneliti industri ritel di perusahaan Survey Research Indonesia (SRI), sebagai Retailer Service Manager, yang menganalisis perkembangan pemasaran dan penjualan barang konsumen di ritel modern, membangun rekomendasi kepada klien peritel dalam area merchandising dan marketing, memperkenalkan konsep Category Management dan membawakan workshop yang berfokus untuk membangun sumber daya ritel yang modern dan up to date, baik dari pihak peritel maupun dari pihak manufaktur (Key Account Management).Pada tahun 1995, AC Nielsen mengakuisisi SRI. Dukungan penelitian serta informasi dan teknologi pun semakin kuat. Dengan kapasitas ini saya mengemban tugas sebagai trusted advisor bagi peritel dan manufaktur di Indonesia. Berdasarkan pengalaman pula, bisnis selalu didominasi oleh pasar. Tanpa kemampuan menguasai pasar,jangan berharap sebuah usaha bisa bersinar.
Dalam memberikan masukan kepada klien dan sahabat, saya selalu berkata: "Dengarkan pasar. Dengarkan suara konsumen." Itu adalah fundamental inti dari pemasaran, karena kita akan selalu kembali ke pasar, kembali ke konsumen. Dalam perjalanan saya yang panjang di dunia ritel, saya sudah menyaksikan evolusi lanskap ritel Indonesia yang terus berubah. Sahabat-sahabat peritel yang berangkat dari toko supermarket dan minimarket yang sederhana di pinggir kota atau pinggir jalan raya, termasuk mereka yang membuka toko di tepi jalan sawah, kini telah mengalami banyak perkembangan.
Jumlah peritel semakin banyak. Penampilan dan pelayanannya semakin modern, mengikuti kondisi dan perkembangan zaman. Bila semula toko-toko atau supermarket itu dikelola oleh pendirinya, kini pengelolaan mulai dialihkan kepada generasi penerus, yaitu anak-anaknya yang lebih muda dan agresif. Sebagian lagi saya sudah tidak pernah bertemu, karena sudah ditutup atau dijual.
Pada tahun 1994, ketika saya berada di ruang rapat kantor klien, saya melihat sebuah poster kecil yang berbingkai bertuliskan hukum evolusi: "Yang akan SURVIVE bukan yang TERPANDAI dan TERKUAT, melainkan mereka yang paling CEPAT BERADAPTASI”
Pasar menentukan sendiri ke mana dirinya akan pergi. Dan kita pelaku bisnis harus berusaha secepat mungkin mengikuti perubahan tersebut, sehingga dapat menangkap kesempatan dan terus survive dan bahkan berkembang dalam usaha kita.
Lebih mudah dikatakan daripada dilakukan. Itulah yang membuat kepemimpinan menjadi hal penting dalam dunia ritel di masa mendatang. Para pemimpin diharapkan bisa membawa timnya untuk terus berubah, berbagi mimpi, membangun manusianya, atau menyatukan intuisi dengan teknologi. Para pemimpin itu juga diharapkan bisa menjadikan konsumen sebagai titik fokus, yang bisa membawa usaha ritel atau organisasi ritel tetap maju, have fun, membuat turn around, dan membangun aspirasi tiada henti ke dalam konsumen.
Nilai pasar ritel Indonesia telah berlipat ganda dalam 5 tahun terakhir. Saya juga memprediksi tingkat pertumbuhan yang sama untuk 5 hingga 10 tahun mendatang. Ini merupakan kesempatan pasar yang hebat karena didukung pertumbuhan ekonomi negara yang baik. Tugas utama peritel besar ataupun para pemilik toko tradisional adalah mengidentifikasi kesempatan, melakukan adaptasi dalam strategi penawaran, teknologi, dan sumber daya, agar bisa memaksimalkan hasilnya.
Masih bisa dihitung dengan jari peritel yang mempunyai direktur pemasaran. Ini pertanda bahwa keterampilan dan kemampuan masih difokuskan kepada penjualan dan operasional. Padahal, penajaman dalam pemasaran saat ini sudah menjadi keharusan, karena pasar sudah semakin tersegmentasi, crowded dan konsumen sudah mempunyai pilihan yang luas. Ekuitas merek ritel, positioning, Integrated Marketing Communication (IMC), sudah menjadi tuntutan umum, namun masih belum dipahami secara tajam. Yang ada saat ini adalah perlombaan kampanye tradisional, yaitu saya paling murah, paling lengkap, dan pelayanan paling baik. Intuisi dalam ritel mutlak diperlukan. Tetapi dari data riset pasar, diketahui bahwa informasi dan insight membuat pengambilan keputusan akansemakin cepat dan akurat serta bisa dieksekusi oleh segala lapisan pemimpin tim. Keahlian membuat branding yang kuat dalam ritel, semakin memegang peranan dalam kesuksesan penjualan dan kesetiaan konsumen, bukan perang harga yang hanya bersifat jangka pendek.
Ketika mendalami dunia ritel modern, pertama-tama yang harus diubah dari pelaku adalah mindset atau pemikiran pelaku ritel. Category Management merupakan ilmu dan keterampilan yang harus dikuasai dalam mengelola ritel modern, karena membentuk struktur berpikir dan aksi berkelanjutan yang dinamis sesuai dengan pasar.
Category Management diformulasikan oleh sebuah konsorsium peritel dan manufaktur besar di era 1980. Konsep ini menjadi suatu ilmu ritel yang banyak diterapkan oleh peritel kelas dunia. Di dalamnya terdapat Space Management, yaitu keterampilan dalam mengelola ruang bagi segala ragam produk agar bisa memberikan hasil yang maksimal.
Dalam pengalaman saya mengeksekusi proyek Category dan Space Management dengan variasi produk yang sama, tetapi dengan peletakan yang berbeda di rak, penjualan dapat tumbuh dari 15% hingga lebih dari 100%. Jadi masih banyak peluang dalam hal efisiensi dan efektivitas merchandising. Berdasarkan alasan inilah saya mengajak para peritel tradisional untuk beralih ke bentuk format swalayan.
Topik format ritel merupakan hal paling menarik buat saya, karena isu ini merupakan hal yang sangat dinamis. Dalam memantau format ritel di dunia, tidak ada negara mana pun yang mempunyai ciri khas format development yang sama. Tiap negara mempunyai ciri khasnya sendiri dan itu pun terus berevolusi. Format toko diskon (discount store) yang sangat sukses di Eropa saat ini, sudah pernah dicoba di Indonesia, tetapi tidak ada yang langgeng seperti yang dialami Mitra dan Cut Price.
Format unik di Indonesia adalah Gudang Rabat (Alfa), Midi (Alfa), Compact Hyper (Hypermart), warung rombong, dan gerobak sayur. Saya selalu memacu peritel untuk bisa berinovasi dalam format agar bisa menciptakan segmen pasar baru.
Di awal era tahun 1990-an, ketika peritel multinasional mulai masuk ke Indonesia dan ritel modern mulai menanjak, kami telah memperkenalkan suatu ilmu bernama Key Account Management melalui pelatihan-pelatihan agar para pemasok mulai mengadakan perubahan dalam mindset, keterampilan, pengetahuan, dan struktur organisasi.
Aktivitas ini saya selenggarakan sebagai tanggapan terhadap mulai meningkatnya kekuatan peritel sehubungan dengan kemajuan ekonomi, kecanggihan rantai pasokan, dan kekuatan konsumen. Pemasok tidak bisa lagi mengandalkan tenaga penjual untuk menghadapi peritel dengan daya tawar besar. Mereka sudah harus menggantinya dengan Key Account Manager yang berpendidikan tinggi, ahli dalam negosiasi, mempunyai keterampilan keuangan, pemasaran, presentasi, berkolaborasi, dan keterampilan mengelola account. Kepincangan yang terjadi akan menimbulkan konflik. Dengan Key Account Manager yang andal, konflik dapat diminimalkan atau bahkan dihindari.
Dengan perkembangan teknologi, pasar dan konsumen terus bergeser. Dulu yang diperjualbelikan adalah produk. Tetapi ke depan kita akan menyaksikan Experience Economy, Attention/Attraction Economy, dan Believe Economy. Yang diperjualbelikan adalah pengalaman, perhatian, dan budaya. Mereka yang hanya memperjualbelikan produk akan tergilas oleh kompetisi, karena banyak yang bisa melakukan hal itu dan margin semakin tipis.
Differentiation dan Margin Expansion akan dilakukan melalui penawaran unique experience, grabbing close attention, dan juga developing unique cultures bagi target konsumennya. Demikianlah, dunia ritel akan berubah wajah, karakter, dan jiwa.
Buku ini akan memberikan insight bagi peritel, pemasok, pembuat regulasi, dan pemasar dalam melengkapi detail historis dari ritel Indonesia dan dunia, menyempurnakan pengertian tentang seluk-beluk ritel, dan mengantisipasi bisnis ritel dengan visi masa depan.
Buku ini akan memberikan informasi mengenai hal-hal mendasar yang harus dimengerti oleh semua kalangan yang berhubungan dengan ritel, sesuai dengan perjalanan ritel yang unik di Indonesia. Juga hal-hal mendetail yang membangun basis bagi pemikiran dan keputusan-keputusan penting, baik strategi maupun regulasi, serta pandangan futuristik, agar kita semua mendapat harapan dan excitement yang memberikan "revelation" bagi misi kita di industri ritel. Saya sangat mengharapkan muncul seribu Hari Dharmawan, seribu Saleh Kurnia, seribu Djoko Susanto di tanah air Indonesia.
Sukses selalu,
Yongky Susilo
---------------------------------------------------------
Website Raja Rak Minimarket yang lain :
- Rak Minimarket
- Rak Supermarket
- Rak Toko
- Produk Plastik (kontainer, keranjang, troli, tempat sampah, dll)
- Aksesoris Display
Posting Komentar