CARA MENEMUKAN DAN MEMPREDIKSI APA YANG ORANG INGINKAN
Bagaimana cara menemukan apa yang orang inginkan?
Memang apa sih gunanya kalau kita tahu apa yang orang-orang inginkan? Mungkin bagi Anda sebagai konsumen tidak akan ada artinya, tapi bagi sebuah bisnis menemukan apa yang orang-orang inginkan itu adalah kunci kesuksesan yang paling penting.
Prinsip utama sebuah bisnis/usaha adalah menawarkan antara 2 hal yaitu:
- Apa yang orang butuhkan (seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal)
- Apa yang orang inginkan (seperti gadget, games, hiburan dan entertainment)
Bisnis yang menawarkan kebutuhan biasanya sudah dimonopoli oleh perusahaan besar dan pemerintah, sedangkan bisnis yang menawarkan keinginan memiliki peluang yang lebih baik untuk dimasuki pebisnis baru yang lebih kecil (startup dan UKM).
Bisnis yang berdasarkan keinginan (want) biasanya lebih menarik ketimbang bisnis yang berdasarkan kebutuhan (need), mengapa? Karena persaingannya ada pada “value” atau nilai yang ditawarkan. Orang yang menginginkan sesuatu bahkan akan membeli walaupun mereka tidak butuh produk/jasa tersebut.
Sebaliknya, bisnis yang berdasarkan kebutuhan akan terus berperang harga (murah-murahan), jelas mereka yang menang adalah mereka yang memiliki modal dan saldo lebih banyak di rekeningnya.
Kembali kepertanyaan inti: Bagaimana kita bisa menemukan apa yang orang inginkan?
Masalahnya adalah orang-orang tidak tahu apa yang mereka inginkan sampai pilihan itu diberikan kepada mereka. Kalau orang lain saja tidak tahu apa yang mereka inginkan, bagaimana kita bisa menemukannya? Faktanya adalah tidak ada alasan yang jelas mengapa seseorang menginginkan sesuatu.
Namun ternyata ada sebuah pola untuk memprediksi apa yang diinginkan orang, apa itu dan bagaimana caranya?
Steve Jobs pernah berkata “You can’t just ask customers what they want and then try to give that to them. By the time you get it built, they’ll want something new”. Itulah sebab Steve Jobs tidak pernah bergantung pada market research, Henry Ford (pendiri Ford) juga berkata hal yang sama, jika Anda bertanya pada orang dulu apa yang mereka inginkan, mereka akan menjawab kuda yang lebih cepat.
Contohnya kalau kita pergi kesebuah diskusi atau forum, coba tanya konten jenis apa yang mereka inginkan, mayoritas akan menjawab konten yang edukatif, bermanfaat, dan bla.bla.bla. Tetapi begitu Anda berikan video yang edukatif mereka tidak akan menontonnya, apa yang mereka tonton? Justru kebalikannya, mereka akan menonton isu-isu hoax, kontroversi, drama settingan, jebakan clickbait dan konten yang cenderung dewasa (sex).
Artinya apa yang orang-orang katakan tidak sejalan dengan data yang ada dan fakta dilapangan. User itu plin-plan, mereka tidak tahu persis apa yang mereka inginkan dan kita (dari sisi pebisnis) harus mendedikasikan diri untuk orang seperti itu.
Jadi apa rahasia untuk menemukan apa yang diinginkan orang? Jawabannya adalah efek bandwagon.
Apa itu efek bandwagon?
Efek bandwagon adalah kecenderungan seseorang untuk mengikuti mayoritas yang sudah ada, hal ini hampir berlaku dalam setiap aspek kehidupan kita. Sekolah adalah salah satu bisnis yang paling sukses menjalankan efek bandwagon ini.
Mengapa Anda sekolah? Ya karena semua orang sekolah, mau jadi apa kalau ga sekolah. Faktanya lebih dari 80% ilmu yang Anda pelajari di sekolah dan kuliah tidak akan Anda gunakan dalam kehidupan setelah sekolah. Namun sekolah tetaplah penting bukan? Mau jadi apa kalau ga punya gelar?
Apa yang dilakukan banyak orang lama kelamaan akan menjadi tuntutan dan membentuk sebuah industri. Contohnya seperti memiliki smartphone, sosial media, gelar, rekening bank, dan sebagainya.
You do it because everyone is doing it. We want to belong, we want to do what others do. We don’t want to be left out.
Ini bukan sesuatu yang positif atau negatif, ini adalah realita dan bagian dari insting evolusi manusia. Kita melakukan apa yang dilakukan semua orang karena kita tidak mau ketinggalan, dan itu hal yang baik.
Karena mayoritas lebih sering benar (tidak selalu tapi sering) dimana hal tersebut memang cukup masuk akal. Terlalu jauh dari mayoritas juga bisa berbahaya untuk kehidupan sosial Anda.
Jadi kuncinya adalah mayoritas. Jika mayoritas teman-teman Anda menggunakan Line pasti Anda juga akan menggunakan Line bukan WhatsApp. Sesimpel itu ilustrasinya.
Inilah sebab hal-hal yang berbau kontroversi, hoax, konten dewasa/sex akan terus populer, mengapa? Karena mayoritas selalu diarahkan untuk membicarakan hal-hal seperti itu, jika lingkungan/teman-teman Anda sering bergurau mengenai sex jokes (bercandaan tentang sex) lama-kelamaan Andapun juga akan melakukan hal yang sama.
Mengapa ada orang yang suka minum bir? Bukan karena rasanya enak, tetapi karena teman-temannya minum bir dan dia hanya ikut-ikutan. Dan teman-temannya tersebut juga hanya ikut-ikutan dari apa yang mereka lihat di lingkungan lainnya seperti melalui film, keluarga, sosok idola/publik figur dan semacamnya.
People follow people. Orang cenderung mengikuti orang lain terlebih kalau sudah banyak yang melakukannya. Terkadang kita menonton sebuah video di YouTube bukan karena isinya bagus, tetapi karena banyak yang nonton atau orang-orang sedang membicarakannya (kepo).
Ironisnya dengan adanya internet sekarang, apapun bisa jadi ramai (bandwagon), si A marah-marah eh tau-tau viral, si B lagi berantem sama C eh tau-tau viral padahal cuma drama/settingan.
Lalu bagaimana kita bisa memprediksi apa yang akan ramai di masa depan?
Ada teori yang menjelaskan bagaimana sebuah ide dan teknologi menyebar ke masyarakat bernama diffusion of innovations theory.
Secara umum masyarakat terbagi menjadi 5 kategori yaitu:
- Innovators (2,5%)
- Early Adopters (13,5%)
- Early Majority (34%)
- Late Majority (34%)
- Laggards (16%)
Innovators adalah orang-orang yang berani mengambil resiko, mereka biasanya memiliki status sosial dan finansial yang tinggi, mereka berani mencoba sesuatu yang baru karena kalau gagalpun mereka masih bisa mengatasinya (karena memiliki resource keuangan yang baik).
Early adopters adalah orang yang juga berstatus sosial tinggi, memiliki pendidikan/edukasi yang tinggi namun cenderung pilih-pilih dalam mengambil resiko (tidak seperi innovators), dan biasanya opini mereka lebih sering didengar dan diikuti oleh masyarakat.
Early majority adalah orang yang cenderung mengikuti apa yang sudah innovators dan early adopters lakukan, merekalah yang biasanya suka ikut-ikutan dan menyebarkan tren yang sedang naik daun seperti meme atau hal-hal viral lainnya.
Late majority biasanya cenderung skeptis dengan apa yang sedang tren, namun mereka tetap akan mengikuti suatu inovasi jika memang sudah banyak sekali orang yang juga melakukannya (innovators+early adopters+early majority).
Laggards adalah orang yang biasa kita kenal sebagai orang kuper/gaptek, kurang bisa beradaptasi dengan perubahan dan inovasi yang ada, mereka biasanya masih terpaku pada tradisi atau cara-cara jadul, memiliki status sosial yang lebih rendah (termasuk finansial), dan biasanya baru mengaplikasikan sesuatu disaat hampir semua orang sudah melakukannya, mereka lebih mudah mengikuti suatu tren jika keluarga atau teman-teman dekatnya juga melakukannya.
Contoh terbaik untuk kasus ini adalah kesuksesan Pokemon GO.
Mengapa banyak orang bermain Pokemon GO? Apakah mereka semua bermain Pokemon GO karena ingin atau hanya ikut-ikutan? Bahkan beberapa diantara merekapun tidak tahu apa itu Pokemon.
Pokemon GO berhasil menarik orang-orang yang paling penting dari efek sosial ini yaitu innovators, early adopters dan early majority. Mulai dari media, youtuber, blogger, gamer, termasuk para fans Pokemon diseluruh dunia, mereka semua adalah katalis (50% populasi).
Seperti yang Anda lihat pada gambar model diatas, jika Anda berhasil mendapatkan perhatian 50% populasi yang ada (innovators+early adopters+early majority), maka 50% sisanya (late majority+laggards) hanya tinggal menunggu waktu. Ibarat mendorong bola di sebuah bukit, begitu Anda sampai di puncak (50%) maka bola itu akan maju menggelinding dengan sendirinya.
Innovators memiliki peran penting dalam momentum kesuksesan, contohnya Bill Gates yang padahal lebih dahulu memperkenalkan Tablet pada tahun 2002 namun saat itu masyarakat tidak ada yang peduli, sedangkan saat Steve Jobs memperkenalkan iPad pada tahun 2010, masyarakat sangat tertarik (excited) dengan konsep tersebut dan iPad begitu sukses dipasaran.
Kita semua tahu Steve Jobs dikenal sebagai bapak inovasi abad ini. Dia adalah contoh terbaik seorang innovators karena berani mengambil resiko dan terus menerus melakukan inovasi. Artinya masyarakat cenderung lebih mudah menghargai opini seorang innovators dibandingkan dengan golongan lainnya.
Karena itu terkadang ide/produk terbaik tidak selalu menang, apa yang jauh lebih penting adalah momentum. Itulah sebab sangat sulit bagi kita menentukan apa yang orang inginkan. Karena kita tidak akan pernah tahu apa yang akan difokuskan para innovators dan dipilih oleh early adopters dimasa depan.
Tentu tidak semua orang suka ikut-ikutan seperti teori pada artikel ini. Tapi coba jawablah pertanyaan simpel berikut:
- Apakah semua yang Anda inginkan dalam hidup ini betul-betul 100% murni keinginan Anda sendiri atau karena orang lain juga menginginkan hal yang sama?
- Apakah semua yang Anda lakukan betul-betul hasil dari kemauan Anda sendiri atau karena orang lain/semua orang juga melakukannya?
Pada akhirnya itulah esensi kita sebagai makhluk sosial, kita beradaptasi, kita bersosialisasi dan akhirnya membentuk sebuah peradaban dan sistem sosial.
Jadi bagaimana caranya memprediksi apa yang orang inginkan?
Lihatlah apa yang berpotensi ramai (bandwagon) disekitar Anda, atau perhatikan apa yang para innovators dan early adopters sedang lakukan.
Ini berlaku dalam industri apapun, termasuk film, musik, teknologi, dan produk/jasa lainnya. Perhatikan para influencer atau artis yang berpengaruh dalam industri tersebut, merekalah yang biasanya membentuk sebuah tren, ada alasan mengapa perusahaan mau membayar mahal para influencer-influencer tersebut untuk menjadi brand ambassador/endorse, karena mereka adalah katalis yang penting dalam sebuah efek sosial.
Jika Anda memiliki produk/jasa yang bagus, maka produk itu sendiri tidaklah cukup, Anda perlu keramaian (crowd) entah bagaimana caranya harus ada orang-orang yang menggunakan produk Anda dan jika momentumnya pas Anda akan sukses.
sumber : http://solusik.com/apa-yang-orang-inginkan/
Posting Komentar