Buku > Retail Rules > 3.6. Dampak Sosial
Dampak sosial dari pembangunan pusat belanja yang jor-joran mungkin tidak bisa dirasakan dalam waktu singkat. Namun berdasarkan pengamatan, hal-hal
berikut ini bisa merupakan dampak dari pembangunan yang terlalu agresif.
- Masyarakat yang konsumtif sehingga kurang menghargai tatanan moral dan kekeluargaan.
- Masyarakat yang stres karena kesuksesan diukur dari materi atau penampilan, karena itu selalu dipacu untuk memenuhi kebutuhan materi.
- Masyarakat yang sulit untuk menghargai kehijauan dan kebersihan lingkungan.
- Generasi muda yang kurang kreatif dan kurang gerak karena kurangnya ruang untuk mengeksplorasi alam secara terbuka atau melakukan kegiatan olahraga. Mereka mempelajari biologi dengan menghafal, bukan dengan melihat langsung siklus kehidupan tumbuhan dan binatang di alam terbuka
Banyak yang berpendapat bahwa belanja dapat menurunkan stres. Oleh karena itu, tantangannya adalah bagaimana membuat mal keluarga dengan ruang terbuka yang cukup, sehingga kita bisa menghargai alam, anak-anak bisa bermain dengan ceria dengan satu sama lain, bukan hanya bermain dengan mesin.
Dubai merupakan salah satu kota yang patut menjadi acuan untuk perkembangan mal. Udara yang sangat panas di Dubai membuat mal menjadi pilihan utama untuk berekreasi. Di Mall of Emirates terdapat St. Moritz Ski Resort yang merupakan miniatur dari St. Moritz asli. Dengan membayar senilai tertentu, kita bisa menikmati salju dan bermain ski.
Selain itu juga ada Atlantis Mall. Di lobi hotel yang terhubung dengan Atlantis Mall, kita bisa menikmati akuarium yang sangat besar, lengkap dengan miniatur kapal karam dan ikan hiu. Di samping itu, yang utama tentu saja kita bisa berbelanja di butik-butik ternama.
Di Jakarta ada Mal Taman Anggrek yang menyediakan ice skating ring dan sampai sekarang masih menjadi daya tarik. Di Surabaya dulu juga ada Tunjungan Plaza yang menyediakan ice skating ring, namun sayangnya sekarang tempat ini sudah berubah menjadi toko-toko. Di Indonesia, terutama di Jakarta, pembangunan mal sudah sangat menjamur seperti yang telah diulas sebelumnya. Namun antara satu mal dengan mal lainnya kurang terlihat adanya diferensiasi, kecuali beberapa mal seperti Grand Indonesia dan Pacific Place. Grand Indonesia sebagai mal terbesar saat ini, sering mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan seni dan kebudayaan, seperti yang akhir-akhir ini mereka lakukan dengan pameran arsitektur
Grand Indonesia juga mempunyai air mancur yang sangat indah dan beberapa restoran yang sangat menarik sehingga menjadi tujuan wisata keluarga. Agar semakin menarik sebagai tempat tujuan belanja keluarga, Grand Indonesia sering kali melakukan kerja sama dengan perusahaan-perusahan consumer goods untuk mengadakan acara.
Pacific Place yang berlokasi di seberang Bursa Efek Jakarta dan terhubung dengan Hotel Ritz Carlton, juga terkenal dengan kegiatan pameran seni. Contohnya adalah pameran yang pernah dilakukan dengan majalah Bazaar, sekitar bulan September 2009, dengan menampilkan koleksi dari galeri-galeri terkemuka dan koleksi pribadi Bapak Fauzi Bowo. Kemudian di pertengahan November 2009, Pacific Place juga menjadi tempat perhelatan Jakarta Fashion Week bekerja sama dengan majalah Femina. Selain itu, Pacific Place juga terkenal dengan pilihan resto dengan interior dan pilihan makanan yang sangat menarik. Ruang gerak atau ruang bermain anak? Ada Kidzania di Pacific Place.
Di Bandung ada Paris van Java yang merupakan mal tempat nongkrong kaum muda warga Bandung dan bahkan Jakarta. Paris van Java menyediakan tempat yang cukup luas untuk Alfresco dining, sehingga pada sore hari banyak pengunjung yang duduk untuk menikmati udara segar. Namun pertanyaannya adalah seberapa banyak dari mereka yang datang ini berbelanja? Sebagian jawaban dari pertanyaan ini bisa kita lihat dari masih banyaknya atau masih adanya ruang kosong di Grand Indonesia dan Pacific Place.
Mal-mal yang telah hadir jauh lebih dulu, seperti Mal Ciputra di Jakarta Barat dan Mal Kelapa Gading di Jakarta Utara, tetap ramai walau banyak bermunculan mal baru. Selain lokasi yang sangat baik, pengaturan parkir yang memadai, tenant mix yang baik, keamanan dan kenyamanan pengunjung menjadi kunci sukses.
Di sisi lain, miris juga melihat Jakarta yang sebenarnya mempunyai beberapa taman yang beberapa tahun yang lalu cukup menarik minat pengunjung untuk berekreasi. Contohnya adalah Taman Bulungan di depan terminal Blok M, Taman Suropati di Menteng, Taman Lapangan Banteng, Taman Fatahilah di daerah kota tua dan Taman Monumen Nasional (Monas).
Karena udara semakin panas, tingkat polusi yang semakin tinggi, kurangnya keamanan, serta perawatan taman-taman yang kurang baik, minat rekreasi di taman semakin menurun. Mal menjadi tujuan utama rekreasi keluarga. Taman-taman
publik adalah menjadi tanggungjawab pemerintah daerah dan mungkin sekarang ini kurang menjadi prioritas.
Namun sebenarnya di dalam taman-taman tersebut dapat dibangun kioskios menarik, seperti binaan Aprindo selaku asosiasi yang mengayomi peritel modern dan pemerintah. Ada baiknya juga seandainya para pengembang besar diminta untuk mengadopsi sebuah taman yang sudah ada dan membuat taman baru dengan ukuran proporsional dari ukuran bangunan. Taman tersebut bisa menjadi tempat merokok untuk para perokok, seperti yang dilakukan oleh Changi Airport Singapura dengan Cactus Garden atau tempat bermain di ruang terbuka untuk anak-anak. ---------------------------------------------------------
Website Raja Rak Minimarket yang lain :
Posting Komentar