2.8. Akuisisi, Sebuah Jalan Pintas

Buku Retail Rules > 2.8. Akuisisi, Sebuah Jalan Pintas



Akuisisi adalah salah satu cara paling singkat untuk ekspansi. Dengan berbekal sekopor kapital, peritel tak perlu menunggu waktu hingga bertahun-tahun untuk tumbuh besar. Salah satu pemain yang cukup agresif dalam mengakuisisi pesaingnya di masa lalu adalah Hero. Grup ini mengambil alih Susana yang masih beroperasi di tahun 1980-an dan mempunyai beberapa gerai antara lain di Kali Malang, Jakarta Timur. Badranaya, salah satu deli shop di Bandung, juga menyerahkan gerainya kepada Hero untuk dikelola.
Begitu pula dengan Libi, supermarket lokal di Bali, yang mengalihkan gerainya ke Hero di awal 1990-an. Kemudian Februari 1998, Dairy Farm International mengakuisisi 32 persen saham Hero. Manajemen baru dan pemegang saham tingkat multinasional membuat selera mengakuisisi (appetite for acquisition) Hero semakin tinggi. Sebelumnya telah disebutkan beberapa gerai milik Golden Truly diambil oleh Hero, tidak lama setelah krisis 1998.
Pada masa kejayaannya, Golden Truly yang memiliki 6 gerai merupakan pemain yang sangat diperhitungkan. Kemudian di bulan Maret 2003 terjadi lagi proses akuisisi yang sangat besar, yaitu 23 gerai Tops diambilalih oleh Hero, sehingga pada saat itu Hero bisa mengklaim memiliki gerai supermarket di atas 100 buah.
Akuisisi juga dilakukan Carrefour. Menyadari bahwa posisi sebagai hypermarket nomor 1 di Indonesia semakin diancam oleh kedua hypermarket lainnya seperti Hypermart dan Giant, maka pada tanggal 21 Februari 2008 Carrefour mengakuisisi 31 gerai Alfa supermarket dan toko gudang rabat.
Strategi ini merupakan cara yang sangat jitu untuk melengkapi format Carrefour dengan menghadirkan format supermarket di beberapa daerah di Jabodetabek seperti Bintaro, Sunter, Depok, dan Pasar Minggu. Keberhasilan ini kemungkinan akan digunakan Carrefour untuk melakukan penetrasi di beberapa kota lainnya seperti di Solo, Cirebon, Malang, Jember, dan Lampung.
Akuisisi adalah jalan tercepat untuk masuk ke pasar ritel. Pertimbangannya, bisnis ritel adalah bisnis volume. Memulai bisnis ini dari nol, bukan melalui akuisisi, akan sulit dan memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan keyakinan dari para pemasok dan pemilik lokasi seperti pengembang properti. Apalagi pada saat ini beberapa pemain raksasa menggunakan kuasanya untuk menekan pemasok agar memberikan dukungan pasokan dan promosi yang baik.
Karena itu, tanpa akuisisi, bersaing di pasar menjadi sangat sulit. Ketika merebak berita bahwa Makro akan dijual, tanggapan segera datang dari banyak peritel asing, seperti dari Eropa, Asia dan juga Indonesia. Mereka berlomba untuk mengakuisisi Makro. Siapa pemenangnya? Nama yang keluar sebagai pemenang tender pembelian Makro ini cukup mengejutkan, dan mungkin sekaligus menyenangkan bagi banyak pemasok dan peritel: Lotte.
Lotte adalah salah satu chaebol atau konglomerat dari Korea Selatan dengan lini bisnis yang cukup luas, dari pembuatan produk makanan sehari-hari salah satunya yang sangat terkenal adalah permen karet, ritel makanan dan department store, pusat perbelanjaan bahkan pusat rekreasi.
Dengan hadirnya Lotte, maka kekhawatiran akan dominasi pemain yang sudah mengakar di Indonesia mulai terkikis. Dalam paparannya kepada para pemasok pada bulan Januari 2009 di Jakarta, Lotte mengemukakan hasratnya untuk segera mengubah beberapa gerai Makro dan membuka format hypermarket. Lotte menargetkan pembukaan gerai pertama yang telah diubah konsepnya itu Juni 2009. Pengakuisisian Makro memberi Lotte keuntungan waktu dan volume karena:

  • Langsung mempunyai bisnis dengan turnover per tahun sebesar Rp 4 triliun
  • Hadir di beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, Palembang, Pekan Baru, dan Balikpapan
  • Mempunyai data puluhan ribu customer base yang mempunyai nilai jual yang

Sangat tinggi untuk beberapa perusahaan seperti bank
Selain proses akuisisi yang dilakukan beberapa pemain format besar, dalam skala yang lebih kecil juga terjadi konversi dari gerai ritel independen atau tradisional menjadi gerai ritel jaringan nasional seperti yang banyak dilakukan oleh Alfamart dan Indomaret.
Ini menjadi kerja sama yang menguntungkan kedua belah pihak karena pemilik gerai ritel tradisional mempunyai tiga pilihan, yaitu tetap menjalankan bisnisnya dengan kekuatan sendiri, yang hampir tidak ada sistem dan promosi, menjalankan bisnisnya dengan mengambil franchise dari jaringan nasional, atau menyewakan lokasinya kepada jaringan nasional tersebut. Pilihan pertama jelas sulit karena kurangnya pengetahuan untuk mengelola ritel modern dan kurangnya dukungan dari para pemasok.
Dengan demikian, pilihan kedua dan ketiga memberikan Pertumbuhan ekonomi |ndonesia di tahun 2008 berada pada posisi ke-2 setelah Cina dan Asia Pasifik meski krisis pertumbuhan ritel terus meningkat. keuntungan yang lebih pasti. Pengalaman akusisi juga terjadi di dunia. Banyak yang memprediksi kekuatan ekonomi Cina dan India karena jumlah penduduk dan keunggulan beberapa industri seperti manufaktur di Cina dan Teknologi Informasi di India, sehingga banyak yang menyingkat kedua potensi ekonomi dunia ini dengan sebutan Chindia. Sumber: Berbagai Sumber Di pertengahan tahun 1990-an, banyak peritel asing yang memulai operasionalnya di Cina seperti WalMart, Carrefour, Auchan (Prancis), dan Ahold, namun Ahold menghentikan bisnisnya di Cina menyusul krisis regional yang terjadi di pertengahan 1997 hingga awal 1999.
Namun India belum memberikan daya tarik yang sama seperti Cina, karena pasar yang sangat terfragmentasi dan aturan pemerintah yang terkesan memberikan proteksi kepada peritel lokal. Karena itu, sekarang ini hanya WalMart, Dairy Farm, dan Carrefour yang masuk ke India dengan skala terbatas.
Kekuatan ekonomi lain di Asia adalah Blok Asean, dengan Indonesia sebagai negara terkuat dari segi kekayaan alam, jumlah populasi, dan luas wilayah. Tahun 2008, negara tetangga Indonesia seperti Singapura dan Malaysia mengalami pertumbuhan ekonomi negatif, tetapi Indonesia masih memiliki angka pertumbuhan sekitar 5%. Meski memiliki pertumbuhan ekonomi yang lumayan baik, tak berarti bebas dari ancaman akuisisi. Sebab, dengan sekopor kapital, peritel asing siap melirik peritel lokal!

---------------------------------------------------------
Website Raja Rak Minimarket yang lain : 

Posting Komentar

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget