Mengapa Anda butuh persaingan ?
“Pak Laks, kondisi bisnis semakin susah. Pesaing muncul dimana-mana. Harga jadi tidak sehat nech. Gimana caranya agar bisnis kami bisa terus bertahan Pak ?”, tanya seorang pengusaha Digital Printing disebuah kota melalui pesan di inbox facebook saya.
Yach mau gimana lagi, dimana ada gula ya di situ pasti ada semut. Dimana ada peluang ya disitu pasti ada banyak pengusaha yang mengadu peruntungannya di situ. Itu sudah hukum sebab akibat yang harus dihadapi oleh kita semua. Tetapi saya akan ajak Anda semua untuk berpikir sebaliknya. Bagaimana sengitnya persaingan menjadi hal yang sangat menguntungkan bagi kita.Seperti yang kita lihat dewasa ini, persaingan memicu revolusi terknologi menjadi lebih baik seperti yang sekarang. Coba Anda bayangkan. Apa jadinya kemajuan telekomunikasi sekarang, kalau TELKOM masih menjadi satu-satunya operator telekomunikasi di Indonesia. Pasti Anda tidak akan menikmati serunya paket BlackBerry, paket WhatsApp, paket facebook di mobile phone Anda, karena mungkin TELKOM akan habis-habisan menyelamatkan investasinya di PSTN yang sudah semakin tertinggal jauh dibandingkan teknologi mobile telecommunication yang ada saat itu. Apa jadinya Apple Macintosh tanpa adanya Microsoft dan PC ? Apa jadinya TOYOTA tanpa Suzuki, Mitsubishi, Nissan, Ford ataupun Chevrolet. Apa jadinya Iphone tanpa kehadiran BlackBerry dan Samsung Galaxy series. Apa jadinya Nicon tanpa kehadiran Canon ?
Persaingan akan terus mentrigger teknologi-teknologi baru, persaingan akan terus memicu pasar-pasar baru. Dan persaingan akan memaksa kita untuk terus belajar dan belajar terus agar tidak tertinggal ataupun punah dimakan hukum alam yang bernama Natural Selection.
Yang paling mengasyikkan dari persaingan tentu saja kehadiran pembanding. Bagaimana kita bisa mengaku kita yang terbaik kalau nggak ada pembanding untuk produk sejenis. Bagaimana kita bisa bilang harga kita lebih bagus, kalau tidak ada pemain lain di sekeliling kita.
Saya dulu saat menangani Taman Safari Indonesia II Prigen, dengan mudahnya saya menghajar promo dari para pesaing saya di kota Malang hanya dengan menempelkan Billboard promosi saya bersanding dengan milik para pesaing saya. Kalau pesaing saya mencantumkan 20 Wahana Baru, Saya mencantumkan 54 wahana seru. Kalau pesaing saya mencantumkan terbaik di Indonesia saya mencantumkan terbesar di Asia. Kalau mereka mencantumkan 40 wahana terbaru, saya mencantumkan Gratis 65 Wahana Seru. Secara angka, penawaran saya selalu lebih bagus. Jadi tidak heran kalau saat saya tangani Taman Safari Indonesia II Prigen pada tahun 2012 hampir tidak pernah sepi.
Begitu juga saat saya bermain di export furniture. Kalau dalam sebuah pameran saya berurusan dengan produk sejenis dengan yang ditawarkan oleh para kompetitor saya, saya bisa membandingkan langsung antara kualitas pekerjaan produk milik saya dan bagaimana para pesaing saya yang rata-rata kualitasnya dibawah product saya, sementara harganya malah lebih mahal dibandingkan product milik saya.
Pada saat saya membantu menangani promo dari sebuah restaurant, dengan mudah restaurant tersebut menjual produknya kepada pelanggan dengan harga lebih tinggi dari harga sebelumnya, tetapi malah rame diserbu pelanggan baru hanya gara-gara hotel yang katanya punya makanan sejenis dan paling enak di kota tersebut, malah kalah rasa dan kalah harga dibandingkan restaurant tersebut.
Persaingan juga membuat beberapa bengkel klien saya menyerap lebih mudah strategy-strategy unggulan yang berhasil dari para pesaingnya dan mengkompilasinya menjadi keunggulan baru. Dan persaingan mengajarkan para klien saya untuk mendapatkan strategy-strategy yang berhasil dan meninggalkan strategy-strategy yang gagal dari para pemimpin persaingan di pasar yang mereka masuki, dan mengemasnya menjadi keunggulan baru. Intinya, kita butuh persaingan untuk membuat pasar terus menerus kecanduan untuk berurusan dengan kita dalam memenuhi kebutuhan mereka.
Adanya persaingan yang sengit akan memunculkan puluhan bahkan ratusan contekan strategy-strategy yang berhasil melejitkan para juara di bidang bisnis yang kita tekuni.
Tugas kita hanyalah menyerap kumpulan strategy-strategy tersebut dan mengkompilasi serta mengemas ulang gabungan keunggulan strategy tersebut menjadi keunggulan kolektif baru yang tidak mereka miliki. Itulah sebabnya saya sangat menikmati hadirnya persaingan yang sengit. (The Tai-Chi Strategy – Laksita Utama Suhud)OK, sekarang kembali kepada pertanyaan sahabat facebook saya pengusaha Digital Printing. Kerasnya persaingan bisa dia siasati dengan membangun keunggulan bersaing di Better 5 P. Walaupun harga bayam seikat di pasar cuman Rp 500,- di pasar swalayan kok bisa dijual seharga Rp 5.000,- dan laku tuch. Walaupun harga sepatu cibaduyut hanya berkisar Rp 150.000,- sampai Rp 250.000,- misalkan. Dengan kemasan yang lebih baik dan pengerjaan yang lebih baik, poles sana poles sini, kasih brand yang lebih keren dikit seperti Kickers misalkan. Maka sepatu yang tadinya hanya seharga Rp 150 rebu bisa disulap menjadi Rp 1,5 juta perpasangnya. Bahkan kalau di discount harganya tinggal sejuta maka bakal ada ratusan orang ngantri buat dapetin sepatu tersebut.
sumber : http://irawansoftskill.blogspot.co.id/2015/02/mengapa-anda-butuh-persaingan.html
Posting Komentar